1. ransomeware wanacry
2. Bobolnya Data Pengguna dan Mitra Uber
Pada bulan November 2017, publik dikejutkan dengan pengakuan dari CEO Uber yang baru, Dara Khosrowshahi, bahwa data pengguna maupun mitra pengemudi Uber telah dibobol oleh peretas. Data yang berhasil dibobol peretas tersebut berupa nama, alamat email, serta nomor telepon sekitar 50 juta pengguna dan 7 juta mitra pengemudi dari seluruh dunia.
Untungnya informasi sensitif lainnya aman dari peretasan. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata hal ini terjadi pada Oktober 2016 dan Uber baru mengumumkannya setahun kemudian melalui blog resmi mereka. Parahnya, Uber sempat membayar tebusan kepada peretas agar mereka menghapus data yang berhasil didapatnya. Langkah ini dianggap sebagai upaya menutupi kasus tersebut tanpa adanya informasi lebih lanjut ke publik.
CEO Uber mengatakan bahwa ia sendiri baru mengetahuinya dan langsung melakukan investigasi atas kasus tersebut. Namun ia memastikan bahwa tidak ada kecurangan dari oknum karyawan maupun pihak dalam Uber.
3. Serangan Cloudbleed ke Cloudflare
Penamaan Cloudbleed sendiri dibuat oleh Tavis merujuk pada serangan bugHeartbleed pada 2014. Meski serangannya tidak sedahsyat Heartbleed, namun data-data yang bocor meliputi banyak informasi sensitif, seperti password, cookies, serta authentication token dari banyak situs-situs yang menjadi kliennya. Hal tersebut tentu menjadi ancaman bagi situs yang menjadi korban juga pengguna situs tersebut yang terancam privasinya. Namun pihak Cloudflare menyatakan telah mengetahui dan memperbaiki sekitar 0,00003 persen data yang bocor.
Sumber :
https://infokomputer.grid.id/read/12708655/lima-kasus-cybersecurity-yang-paling-heboh-sepanjang-tahun-2017?page=2
https://www.beritasatu.com/iptek/430491/serangan-ransomware-wannacry-kejutkan-dunia
2. Bobolnya Data Pengguna dan Mitra Uber

Pada bulan November 2017, publik dikejutkan dengan pengakuan dari CEO Uber yang baru, Dara Khosrowshahi, bahwa data pengguna maupun mitra pengemudi Uber telah dibobol oleh peretas. Data yang berhasil dibobol peretas tersebut berupa nama, alamat email, serta nomor telepon sekitar 50 juta pengguna dan 7 juta mitra pengemudi dari seluruh dunia.
Untungnya informasi sensitif lainnya aman dari peretasan. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata hal ini terjadi pada Oktober 2016 dan Uber baru mengumumkannya setahun kemudian melalui blog resmi mereka. Parahnya, Uber sempat membayar tebusan kepada peretas agar mereka menghapus data yang berhasil didapatnya. Langkah ini dianggap sebagai upaya menutupi kasus tersebut tanpa adanya informasi lebih lanjut ke publik.
CEO Uber mengatakan bahwa ia sendiri baru mengetahuinya dan langsung melakukan investigasi atas kasus tersebut. Namun ia memastikan bahwa tidak ada kecurangan dari oknum karyawan maupun pihak dalam Uber.
3. Serangan Cloudbleed ke Cloudflare

Penamaan Cloudbleed sendiri dibuat oleh Tavis merujuk pada serangan bugHeartbleed pada 2014. Meski serangannya tidak sedahsyat Heartbleed, namun data-data yang bocor meliputi banyak informasi sensitif, seperti password, cookies, serta authentication token dari banyak situs-situs yang menjadi kliennya. Hal tersebut tentu menjadi ancaman bagi situs yang menjadi korban juga pengguna situs tersebut yang terancam privasinya. Namun pihak Cloudflare menyatakan telah mengetahui dan memperbaiki sekitar 0,00003 persen data yang bocor.
Sumber :
https://infokomputer.grid.id/read/12708655/lima-kasus-cybersecurity-yang-paling-heboh-sepanjang-tahun-2017?page=2
https://www.beritasatu.com/iptek/430491/serangan-ransomware-wannacry-kejutkan-dunia
Sumber :
https://infokomputer.grid.id/read/12708655/lima-kasus-cybersecurity-yang-paling-heboh-sepanjang-tahun-2017?page=2
https://www.beritasatu.com/iptek/430491/serangan-ransomware-wannacry-kejutkan-dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar